HASIL SURVEI KEPUASAN  MASYARAKAT (SKM) TERHADAP PELAYANAN TRIWULAN III TAHUN 2022

Kementan dan Pemda NTT Perkuat Gratieks Komoditas Peternakan

Sabtu 14 Dec 2019 14:48 WIB

Mentan Syahrul Yasin Limpo melepas Ekspor Komoditi Pertanian dan Pengiriman Sapi dari NTT dengan Tol Laut serta Penyerahan Bantuan kepada Petani NTT tahun 2020, di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, Sabtu 14 Desember 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG — Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur (Pemda NTT) memiliki komitmen untuk menjalankan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Hal ini ditandai dengan ditandatangani Nota Kesepahaman tentang peningkatan populasi dan produksi dalam rangka percepatan ekspor komoditi peternakan antara Kementan melalui Direktorat  Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Gubernur Provinsi NTT.

Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), kesepakatan ini didasari adanya keinginan bersama dengan mensinergikan potensi, tugas, fungsi dan kewenangan dan program yang ada.

“Kita sepakat bekerja sama untuk mewujudkan peningkatan populasi dan produksi dalam rangka ekspor komoditi peternakan. Apalagi NTT merupakan salah satu lumbung ternak sapi Nasional dan Kabupaten Kupang merupakan salah satu daerah penyuplai terbesar kebutuhan protein hewani,” kata Syahrul setelah melepas Ekspor Komoditi Pertanian dan Pengiriman Sapi dari NTT dengan Tol Laut serta Penyerahan Bantuan kepada Petani NTT tahun 2020, di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, Sabtu 14 Desember 2019.

Kebutuhan daging sapi nasional menurut SYL, sangat tinggi sehingga memerlukan dukungan dari daerah-daerah penghasil ternak sapi, dalam upaya pemerintah mewujudkan ketahanan pangan untuk komoditas daging sapi.

Upaya ini tidak sebatas hanya pada kemampuan dalam menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakatnya saja tetapi juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal.

 “Kita perlu menggerakkan seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk kontribusi daerah dalam pembangunan peternakan,” ungkap SYL.

Lebih lanjut SYL menjelaskan dalam kesepakatan ini, Kementan menegaskan komitmen NTT untuk mampu meningkatan produksi komoditas peternakan antara lain sapi potong dan unggas minimal tujuh persen pertahun yang artinya  terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja subsektor peternakan dan kesehatan hewan. 

“Kami mendukung pembangunan pertanian di NTT. Oleh karena itu, sarana prasarana dan pengembangan komoditas menjadi prioritas. Tapi harus sesuai dengan agroklimat dan ekosistem agar bisa berkembang,” ujar SYL

Berdayakan peternak rakyat untuk peternak sejahtera

Sektor pertanian, menurut SYL memiliki peranan strategis di dalam pembangunan nasional untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi yang mengacu dengan arah kebijakan jangka menengah pembangunan pertanian nasionl.

Untuk itu, Gubernur NTT,  bertekad menjadikan peternak NTT menjadi raja di negeri ini. “Kami mengharapkan peternak rakyat kedepan menguasai daging premium dan Indonesia tidak lagi mengimpor daging premium” ungkap Viktor.

Viktor juga menjelaskan kejayaan daging NTT yang membanjiri pasar Hongkong ingin  kembali diwujudkan. Dalam upaya pemberdayaan peternak di Provinsi NTT untuk tahun 2019,  SYL menyampaikan bahwa Kementan telah memfasilitasi pada beberapa kabupaten di NTT dengan rincian sebagai berikut Sapi Potong sebanyak 25 ekor dan Kambing  sebanyak 25 Ekor di Kabupaten Belu, Sapi potong sebanyak 50 ekor dan babi sebanyak 200 ekor di kabupaten Malaka, dan kambing sebanyak 20 ekor di kabupaten Sumba Barat Daya.

“Insya Allah, kedepannya potensi dan tantangan di pertanian dan peternakan dapat kita selesaikan. Semua peluang upaya harus dilakuakn. Termasuk kerjasama dengan perguruan tinggi. Insimenasi buatan untuk sapi juga perlu digenjot, karena kebutuhan daging terutama di akhir tahun menjelang Natal dan tahun baru, biasanya cukup tinggi. Kita ada dana KUR, nilainya 50 triliun dengan bunga rendah, hanya enam persen. Silahkan Pak Gubernur manfaatkan untuk membantu peternak dan petani. Dan Kostratani selain dipersiapkan untuk mengelola dan pengawasan, juga dipersiapkan  untuk membuat ekosistem pertanian yang baik. Dengan teknologi IT membantu pertanian lebih smart,” ujar SYL.

Pada kegiatan ini, Kementan telah melakukan pelepasan kapal ternak (selama tahun 2019 sebanyak 63 ribu sapi dikirim juga dilakukanpoenyerahan simbolis bantuan sapi potong sebanyak 75 ekor, ayam KUB sebanyak 200 ekor, alat dan mesin pertanian (traktor, pompa air, kendaraan operasional), bibit dan benih tanaman, juga dilakukan penyerahan sertifikat ekspor penyerahan KUR dan AUTS.

Pemprov NTT Bakal Bangun Pabrik Pakan Ternak

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Kamis, 26 Nov 2020 12:02 WIB

Jakarta, CNN Indonesia — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan membangun pabrik pakan ternak di Pulau Timor untuk mendukung pembangunan sektor peternakan di wilayahnya.
“Tim penyusun studi kelayakan pembangunan pabrik industri pakan ternak sedang melakukan persiapan dan dipastikan terealisasi pada 2021 nanti,” terang Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, seperti dilansir Antara, Kamis (26/11).

Ia mengatakan proses pembuatan pakan ternak di NTT dilakukan dari bahan dasar jagung dan marungga, termasuk juga limbah ikan yang akan diproses menjadi tepung ikan.

Menurut Viktor, persediaan bahan baku telah tersedia dengan baik. Karenanya, proses pembangunan pabrik sudah bisa dilakukan dan perlu didukung dengan kajian bisnisnya.

“Begitu persediaan bahan baku ada, rantai nilainya sudah ada, data hasil penelitiannya cukup, ukuran bisnisnya ada, berarti pabrik pakan ternak di NTT sudah bisa dibangun,” imbuhnya.

Ia juga ingin memastikan ada suplai yang mendukung pembangunan pabrik. “Pengusaha yang akan bekerja sama harus memperhatikan dengan benar, sehingga ada kejelasan dan pabrik ini berjalan dengan baik,” jelasnya.

Diharapkan, NTT mampu menyediakan pakan ternak ayam dan babi. Ke depan, memproduksi pakan ikan.

Mentan Siap Angkat Potensi Ekspor Peternakan dari NTT

Ronal – Senin, 16 Desember 2019 08:49

Pasardana.id – Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap menyambut potensi wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk bisa meningkatkan populasi dan produksi komoditas peternakan.

Menurutnya, pengelolaan yang maksimal dinilai bisa memberikan dampak signifikan terutama dalam pemenuhan pasar ekspor. Karena itu, dirinya akan melakukan Gerakan tiga kali ekspor (Gratieks).

Tak hanya itu, nota kesepahaman tentang peningkatan populasi dan produksi untuk percepatan ekspor komoditi peternakan pun telah dilakukan antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Gubernur Provinsi NTT Viktor Bungtilu Laiskodat. 

“Kami sepakat bekerjasama untuk mewujudkan peningkatan populasi dan produksi dalam rangka ekspor komoditas peternakan. Apalagi NTT merupakan salah satu lumbung ternak sapi Nasional dan Kabupaten Kupang merupakan salah satu daerah penyuplai terbesar kebutuhan protein hewani,” kata Syahrul melalui keterangan tertulisnya, Minggu, (15/12/2019). 

Dalam nota kesepakatan ini, Pemprov NTT harus mampu meningkatan produksi komoditas peternakan antara lain sapi potong dan unggas minimal 7 persen per tahun. Dorongan ini juga dimaksudkan agar terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja subsektor peternakan dan kesehatan hewan. 

“Kami mendukung pembangunan pertanian di NTT. Oleh karena itu, sarana prasarana dan pengembangan komoditas menjadi prioritas, tapi harus sesuai dengan agroklimat dan ekosistem agar bisa berkembang,” ujar Syahrul.  

Kementan akan terus memfasilitasi peternak di berbagai wilayah di NTT dengan memberikan bibit unggulan untuk bisa dikembangkan. Syahrul menegaskan jumlah bantuan dan pendampingan akan ditingkatkan pada 2020 sebagai langkah percepatan produksi. 

“Semua peluang upaya harus dilakukan termasuk kerja sama dengan perguruan tinggi, insemenasi buatan untuk sapi juga perlu digenjot, karena kebutuhan daging terutama di akhir tahun menjelang Natal dan tahun baru biasanya cukup tinggi,” tuturnya. 

Syahrul juga menekankan para peternak tak ragu memanfaatkan akses permodalan di program kredit usaha rakyat (KUR). Saat ini, prioritas telah dialokasikan untuk sektor peningkaan produksi pertanian dan peternakan. 

“Kita ada dana KUR, nilainya Rp50 triliun dengan bunga rendah, hanya 6 persen. Silahkan Pak Gubernur manfaatkan untuk membantu peternak dan petani. Kostratani selain dipersiapkan untuk mengelola dan pengawasan, juga dipersiapkan untuk membuat ekosistem pertanian yang baik dengan teknologi IT membantu pertanian lebih smart,” ungkapnya. 

Kebutuhan daging sapi nasional juga masih besar untuk diisi produk dalam negeri dengan harga jual yang kompetitif. Dukungan Pemerintah NTT pun diyakini bisa mewujudkan ketahanan pangan terutama untuk komoditas daging sapi yang masih banyak diimpor. 

“Kita perlu menggerakkan seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk kontribusi daerah dalam pembangunan peternakan,” tuturnya. 

Sementara itu, Gubernur NTT Viktor Laiskodat bertekad menjadikan peternakan di wilayahnya jadi yang terbesar di Indonesia. Pengelolaan sapi akan dibuat modern agar memenuhi kebutuhan pasar potensial, termasuk daging premium. Viktor juga menginginkan kejayaan daging dari NTT yang pernah membanjiri pasar Hongkong agar bisa kembali diwujudkan.
 
“Kami mengharapkan peternak rakyat kedepan menguasai daging premium dan Indonesia tidak lagi mengimpor daging premium” tandas Viktor.

Karantina NTT Catat Transaksi Bisnis Hewan Ternak Antar Daerah Capai Rp 81,8 M


Reporter: Antara
Editor: Martha Warta Silaban
Selasa, 20 Juli 2021 14:56 WIB

Petugas memberi minum pada hewan ternak di Argo Edukasi Wisata Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 16 Januari 2021. Usai diresmikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada 15 Januari kemarin, Agro Edukasi Wisata menjadi tempat alternatif liburan di akhir pekan bagi warga untuk memahami konsep urban farming, sekaligus edukasi mengenai sektor pertanian dan peternakan. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Kupang – Karantina Pertanian Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat selama semester satu, bisnis hewan ternak antar daerah alami kenaikan dengan nilai transaksi mencapai Rp 81,8 miliar.
“Sampai dengan pertengahan Juli 2021 ini, pengiriman hewan besar seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing dari Pulau Flores dan Lembata mencapai 27.962 ekor dengan nilai Rp 81,8 miliar,” kata Kepala Karantina Pertanian Ende, Konstan seperti dikutip dari ANTARA Kupang, Selasa, 20 Juli 2021.

Catatan itu berdasarkan pada data sistem perkarantinaan, Indonesia Quarantine Full Automation System-red (IQFAST) Karantina Pertanian Ende. Hewan ternak yang dilalulintaskan mengalami peningkatan jika dibandingkan pada periode yang sama bulan Juli 2020, Year on Year (YoY). “Kenaikan mulai dari 56,7 persen untuk lalu lintas tiap jenis hewan ternak besar ke daerah lain.”
Kostan menjelaskan jumlah ternak sapi yang dilalulintaskan mengalami peningkatan pada tahun 2021 yakni sebanyak 4.725 ekor dengan frekuensi 152 kali atau naik 56,7 persen yang pada tahun 2020 hanya 3.014 ekor dengan frekuensi 71 kali.
Kemudian kerbau dari 736 ekor dengan frekuensi 36 kali meningkat pada tahun 2021 menjadi 1.672 ekor dengan frekuensi 87 kali atau naik 127,7persen. Sementara Kuda dari 104 ekor dengan frekuensi 23 kali menjadi 360 ekor dengan frekuensi 70 kali atau naik 246,1persen.
Kemudian yang terakhir adalah hewan kambing dari semula 10.920 ekor dengan frekuensi 155 kali menjadi 21.205 ekor dengan frekuensi 481 kali atau naik 94,1 persen.
Hewan ternak itu dikirim ke beberapa wilayah di nusantara seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat. Dan ia mengakui menjelang Idul Adha baik tahun 2021 dan tahun-tahun sebelumnya lalu lintas hewan ternak besar mengalami peningkatan.
“Kami melakukan pengawasan di tempat pengeluaran di seluruh wilayah Flores dan Lembata. Tindakan karantina dilakukan sebelum hewan dilalulintaskan, untuk memastikan komoditas asal sub sektor peternakan ini sehat, layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat,” imbuhnya.
Kostan menambahkan, bahwa pihaknya mendorong para peternak melalui kerja sama, pendampingan dan juga percepatan pelayanan tindakan karantina.
Ia pun mengajak agar pelaku agribisnis dan investor dapat bersama-sama menggerakkan subsektor peternakan di Pulau Flores, sehingga peternakan bisa lebih maju, mandiri, dan modern.